TUGAS PERTEMUAN KE 4 ILMU BUDAYA RESUME (MANUSIA DAN PENDERITAAN)

ARTIKEL 1 (KISAH PEJUANG LANSIA MELAWAN COVID 19)

Contoh kasus ini adalah kisah nyata yang dialami oleh seorang pegawai KPKNL, sebut saja namanya A. A yang berumur 57 tahun, suatu malam mendapati suaminya Z demam disertai batuk. Dan keesokan harinya A pun tertular bahkan sampai mengalami hiportemia. Keduanyapun mendatangi dokter untuk berobat, namun setelah tiga hari minum obat, penyakit kedua lansia tersebut tak jua berkurang.
Kebetulan di hari ketiga itu pada saat Zoom Meeting kegiatan kantor diberitahukan bahwa terdapat dua orang pegawai yang positif Covid-19 , dan kepala kantor men-tracing siapa saja yang melakukan kontak erat dengan mereka, dan A termasuk salah satunya. Kepala Kantor meminta A dan pegawai yang kontak dengan mereka untuk melakukan swab.
Di hari ke-4, A melakukan swab antigen dengan hasil positif, dan dilanjutkan untuk melakukan swab terhadap keempat anggota keluarganya , yang ternyata suami A juga positif, sementara yang lainnya negative. Tanpa menunggu waktu lebih lama, satu anak dan menantu beserta bayi langsung diungsikan ke luar rumah.
A dan Z melanjutkan dengan melakukan test PCR dan hasilnya pun positif, dengan nilai CT A 17 dan nilai CT suaminya 25. Hasil test PCR ini dihitung sebagai hari pertama mereka isolasi dan dinyatakan positif. Meskipun keduanya sempat panik, bingung, takut, dan cemas yang turut membuat imun semakin menurun, tetapi karena kondisi ini telah berjalan beberapa hari, mereka dapat bersikap sedikit lebih tenang. Tenang dalam kepasrahan bersiap menyerahkan diri jika sewaktu-waktu Allah SWT menentukan batas waktu mereka. A menyadari keadaan mereka adalah kondisi rawan, mengingat mereka bergejala dan energi yang telah terkuras beberapa hari belakangan ini. A pun mulai mempersiapkan diri, bukan hanya sekadar pasrah dan menyiapkan mental, tetapi A juga telah memasrahkan segalanya. A mengirim pesan singkat ke beberapa teman yang dipercaya, A memberitahukan tentang tabungan-tabungannya dimana saja, dan instruksi pesan yang akan mereka sampaikan kepada anak-anaknya jika waktu itu tiba. A juga menginformasikan nomor kontak anak-anaknya.
Lelaki yang terlihat sangat menderita itu wajahnya selalu pucat dengan sesekali terbatuk-batuk dan dengan suara yang tak jelas menyampaikan keluhannya. A menenangkannya dengan memberikan pijatan semampunya. A sering kali menangis tak ingin suaminya meninggal, atau dia yang meninggal terlebih dahulu. Dalam doa di setiap sujud, dia ingin diberi umur untuk menebus dosa-dosa mereka. Tetapi, mengingat keadaan ini A juga mewajibkan dirinya untuk pasrah menerima takdir-Nya, «Jangan biarkan salah satu dari kami meninggal. Ambillah kami berdua, tetapi hamba memohon berilah Hamba umur, hamba masih ingin mendoakan orang tua anak menantu dan cucu hamba», desisnya berurai air mata.
A selalu memelihara semangat dan keyakinan kepada Allah SWT yang akan mengabulkan doa-doanya. A juga berharap dapat melakukan isolasi di hotel yang disediakan oleh satgas Kemenkeu dan beruntung, kepegawaian KPKNL Bekasi serta beberapa teman membantunya sehingga satgas telah mencatatkan kalau A dan suami akan melakukan isolasi di Hotel Mega Anggrek Jakarta Barat. A memberikan support kepada suaminya bahwa dengan isolasi disana mereka akan bebas berinteraksi dengan rekan-rekan lain, selain dapat berbagi duka dan bertukar pengalaman A berharap dengan berinteraksi dan bersosialisasi akan menambah semangat dan imunitas mereka. Sebelum isolasi terwujud A terlebih dahulu harus mengisi formulir yang disediakan oleh satgas Covid-19, dan dari isian itu petugas memberikan kesimpulan bahwa A dan suaminya tergolong lansia dan bergejala. Petugas memberikan pertimbangan bahwa hotel lebih diutamakan untuk isolasi pegawai yang OTG, dan tidak menyediakan ambulans dan dokter yang siaga 24 jam. Sehingga, dikhawatirkan A atau suaminya sewaktu-waktu drop, maka akan mengalami kesulitan mencari ambulans untuk mencapai rumah sakit.
Mengingat hal tersebut, setelah bermusyawarah dengan anak-anaknya, maka A dan suami memutuskan untuk isolasi di rumah saja, dengan melaporkan ke RT dan RW yang meneruskannya kepada Satgas Puskesmas terdekat, dimana respons cepatpun langsung dari satgas Puskesmas yang menanyakan keluhan dan siap untuk melakukan konsultasi setiap saat serta mengirimkan obat dan vitamin yang diperlukan.
Begitulah akhirnya mereka menjalani isolasi di rumah di bawah pengawasan dokter. Melakukan isolasi di rumah membuat A menyadari betapa rasa gotong-royong dan kemanusiaan itu masih ada. Ketika mereka dirujuk ke RSUD keadaan lebih memilukan lagi, beberapa tenda yang terpasang berada di bagian depan rumah sakit itu dipenuhi oleh pasien, dan bahkan beberapa orang yang dirawat di atas kursi roda di koridor rumah sakit, sungguh keadaan yang memilukan, dan pihak rumah sakit bersedia merawat suami A dengan keadaan seperti itu. Namun, A dan anaknya dengan rasa kecewa dan cemas memilih kembali pulang, beruntung sebuah klinik bersedia memberikan pengobatan dan memasang infus yang bisa dilakukan di rumah. Kembali berucap syukur, akhirnya Z mendapat pertolongan dan penanganan langsung dari dokter dan mendapat pengobatan melalui pemasangan infus dan dirawat di rumah.
Tetapi, entah apa yang terjadi pada A? Entah karena letih, entah karena sakit, atau saturasinya yang turun, entah kenapa tiba-tiba saja A pun lunglai dan tertidur disamping suaminya. Melalui malam dengan lelap, tidak seperti biasanya susah memejamkan mata. Malam itupun berlalu sampai suara azan menggema membuat A terperanjat terbangun dan kaget didapatinya suaminya sedang tertidur, segera seperti biasa A buru-buru memasang oximeter untuk memeriksa saturasi, alhamdulillah nilai saturasinya 97 dan mukanya yang tadi malam pucat sekarang sudah merah. Ternyata infus yang mengandung obat tersebut telah memberikan efek baiknya.
A juga merasakan tubuhnya lebih mampu berdiri kokoh dan dan lebih segar, melaksanakan salat dengan khusyuk berkeluh kesah dan berucap syukur atas nikmat tidur yang baru saja dirasakannya, setelah melalui beberapa malam tanpa tidur sama sekali. A tak mampu berkata-kata hanya air mata bercucuran dengan deras dari matanya. bangkit dan meyakini bahwa mereka telah melewati masa krisis dan setengah waktu masa inkubasi virus, setelah berada di puncak mereka dengan penuh semangat yakin akan menjalani masa yang lebih baik.
Hari kelima. Masalah baru muncul kembali, suami A sekarang malah mengantuk dan tertidur terus jika tidak dipaksa bangun, sebetulnya demikian juga dengan A, namun A selalu melawan rasa itu dengan melakukan berbagai hal untuk menghilangkan kantuknya. menghadapi suaminya A kembali mengalami kesulitan, energi A lagi-lagi terkuras untuk membangunkan suaminya, meskipun itu hanya untuk minum air putih sekalipun. setelah bersusah-payah ia membangunkannya dari tempat tidur dan sampai di kursipun akan tertidur nyenyak kembali.

Hikmah 1 :  Kita harus selalu semangat dan optimis dalam menjalani kehidupan, selalu berdoa kepada Tuhan, dan selalu sabar serta tidak mudah menyerah.

ARTIKEL 2  (Perjuangan Emu Melawan HIV/Aids Meski Divonis Dokter Sisa Hidup 3 Hari)

Merdeka.com - Nasib seseorang tidak ada yang bisa menentukan. Begitu pun hidup dan mati bagi manusia adalah rencana Tuhan Yang Maha Esa. Welhelmus Eduardus Nahak alias Emu merupakan salah satu Orang Dengan HIV/Aids , yang masih bertahan hidup. Pengalaman menjadi ODHA menjadikannya motivasi untuk menjadi konselor dan motivator bagi orang lain yang bernasib sama dengannya.

Ditemui di kediamannya di Kelurahan Oepura, Kecamatan Maulafa, Kota Kupang, Emu yang saat ini aktif sebagai relawan penanggulangan bencana alam NTT ini mengaku, kehidupan bebas yang dijalani menjadikannya menderita HIV/Aids. Namun karena kehidupan yang kurang terkontrol maka ia pun terkena virus HIV. Ia pun nyaris lumpuh dan tak berdaya dengan sakit yang diderita saat itu. Namun ia bersyukur mendapat dukungan penuh dari istri serta anaknya, yang dengan setia merawat dan memperhatikannya.

«Banyak yang tidak percaya bawa ODHA bisa hidup sehat kembali. » Sebelumnya selama tiga tahun ia menjadi relawan pada LSM Flobamor Jaya Peduli, LSM yang juga peduli pada ODHA. Namun sejak 14 Februari 2014 lalu, ia menggagas pendirian LSM Perjuangan setelah ia kembali mengikuti pelatihan konselor di Yogyakarta, dan sempat memeriksakan kesehatannya di rumah sakit serta dinyatakan sehat, walaupun tetap mengkonsumsi obat-obatan karena secara medis belum ada obat yang menyembuhkan HIV/Aids. LSM Perjuangan yang dirintisnya mendampingi dan merawat sejumlah warga yang terkena HIV, serta merupakan penderita AIDS.

Ia menyadari banyak ODHA yang cenderung tertutup dan tidak terbuka akan keadaannya kepada keluarga dan lingkungan. Menurut Emu, tingginya penderita AIDS yang meninggal beberapa waktu lalu karena para penderita cenderung menutup diri dan tidak terbuka sehingga sulit dirawat. «LSM yang saya dirikan adalah karena pengalaman pribadi dan LSM ini dari orang sakit untuk orang sakit sehingga saya memberikan pendampingan,» jelasnya. Bahkan beberapa ODHA yang pernah dirawat di LSM Perjuangan saat ini sudah dinyatakan sehat dan menjadi relawan bagi penderita lain.

Dampingan yang dilakukan yakni layanan kesehatan dan terapi HIV dengan mengingatkan penderita agar mengkonsumsi obat tepat waktu. Untuk itu LSM Perjuangan melakukan pemberdayaan ekonomi dan memberikan modal usaha, sehingga saat ini banyak ODHA yang memiliki usaha mandiri seperti warung makan, mebel dan kios. Dia juga bersyukur dengan dukungan dari pemerintah, yang hadirkan setiap kelurahan di Kota Kupang sudah ada wadah Warga Peduli Aids yang melibatkan berbagai elemen masyarakat. Ia sendiri mengaku kalau LSM-nya sempat mendapatkan bantuan pemerintah provinsi NTT dan Kota Kupang, namun saat ini dia ingin LSM yang ia bentuk tidak dimanja sehingga masih menutup diri dengan donatur dari lembaga lain.

Saat ini ia masih menampung dua orang warga yang menderita HIV/Aids di rumahnya, sejak tahun 2019 lalu. Ia berharap ODHA tidak dikucilkan dan didiskriminasi di dunia kerja tetapi diberikan peluang yang sama karena ODHA bisa sembuh asalkan ada keterbukaan dan niat yang tulus.

Hikmah 2 : Sebagai manusia kita tidak boleh mendiskriminasi satu sama lain, dan kita harus memiliki keterbukaan serta hati yang tulus.

ARTIKEL 3 (Warga Yaman Cari Makanan di Tempat Sampah demi Bertahan Hidup)

TEMPO.CO, Sanaa - Penduduk miskin di ibu kota Sanaa, Yaman, kini bergantung hidup pada sisa-sisa makanan di tempat sampah, untuk bertahan hidup. Seperti yang dialami Mahdi Abdulla, pria berusia 45 tahun yang telah kehilangan pekerjaan dan penghasilan akibat perang saudara di negara itu.
Mahdi terpaksa mengais tempat sampah yang ditemuinya di jalan untuk sekadar mengisi perutnya karena tidak memiliki uang yang cukup untuk membeli makanan.
Mahdi Abdulla hanyalah satu dari jutaan penduduk Yaman yang menjadi korban perang sipil yang hampir memasuki tahun ketiga.
Kekurangan pangan besar-besaran telah mencengkeram negara termiskin di dunia Arab tersebut. Badan Program Pangan Dunia memperkirakan sekitar 14 juta warga Yaman mengkonsumsi makanan yang tidak aman, setengah dari makanan itu diklasifikasikan sebagai makanan yang sangat berbahaya bagi manusia.
Sebelum perang, Yaman mengimpor 90 persen produk makanan dari luar negeri, tapi proses impor telah terhenti di tengah konflik yang sedang berlangsung di negara itu.
Situasi perekonomian keluarga Yaman juga memburuk akhir tahun lalu, setelah pemerintah yang diakui secara internasional merelokasi Bank Sentral Yaman dari Sanaa ke Aden. Langkah itu mempengaruhi semua pegawai negeri, yang belum menerima gaji mereka.

Hikmah 3 : selalu sabar dalam menjalani kehidupan yang pahit, dan bisa menerima semua dengan lapang dada dan ikhlas.


ARTIKEL 4 (Kisah Farhan, Jadi Korban Bully Sejak di Bangku SMA)

Sekilas Farhan memang terlihat sama dengan mahasiswa lainnya, akan tetapi dia merupakan salah satu anak yang memiliki keistimewaan atau biasa dikenal sebagai anak berkebutuhan khusus. Nama Farhan pun belakangan ini menjadi sebuah pembicaraan hangat di masyarakat lantaran perundungan atau bullying yang diterimanya dari rekan sekelas. Perundungan yang dialami Farhan menjadi viral lantaran unggahan video yang menyebar di dunia maya. Dalam video itu terlihat beberapa mahasiswa yang menarik-narik tas pria kelahiran 1 April tersebut.

Ketika dimintai keterangan soal kasus yang dialaminya, Farhan yang saat ini sudah semester tiga mengaku dirinya sudah menerima perundungan sejak semester satu. Berbagai bullying yang diterimanya seperti tas yang ditarik-tarik, pintu kelas yang dikunci sehingga dia tidak bisa keluar kelas pada saat pulang kuliah hingga motor yang kadang dikendarainya dipreteli. Penggemar grup vokal JKT 48 itu mengaku, sejak semester satu perundungan selalu dilakukan oleh pelaku yang sama. Sesekali dirinya pun melawan tetapi hal tersebut seolah tidak berdampak karena mereka masih melakukan hal yang sama berulang-ulang.

Saat kejadian yang menyebar luas itu, Farhan mengatakan, dirinya dikurung terlebih dahulu dalam ruang kelas. Dia tidak sendiri karena masih banyak mahasiswa lainnya yang juga belum keluar kelas. « Tidak hanya saya yang di dalam kelas, tapi ada yang lain mereka juga mau keluar kelas. » Ada tiga pelaku utama yang melakukan perundungan terhadap Farhan, yakni AA, YLL dan HN.

HN yang diketahui sebagai ketua kelas yang ikut mem-bully juga mengucapkan kata-kata tidak pantas. Farhan mengaku, dirinya merasa tersakiti dengan perundungan yang diterimanya. «Kemarin mereka datang ke rumah saya termasuk yang upload video itu. » Bahkan, teman-temannya seolah-olah cuek dengan video yang beredar.

«Banyak juga yang bantuin saya, terutama yang perempuan. Mereka melindungi saya, menasehati yang membully saya,» ucapnya.

Bukan yang pertama

Perundungan yang diterima oleh anak keempat dari empat bersaudara itu bukanlah yang pertama kalinya di institusi pendidkan. Bullying yang paling melekat di ingatannya adalah kejadian saat mata pelajaran Prakarya.

Memilih diam

Farhan hanya mengadukan soal perundungan yang dialaminya kepada orang tuanya saat dia masih SMA. Farhan mengaku, diam yang dipilihnya bukan karena takut tetapi tidak mau membebani orang tua dan orang sekitarnya. «Saya tidak mau membebani orang tua, dosen juga tidak pernah tahu. Saya tidak pernah ngadu,» ujarnya.

Memaafkan dan Harapan

Atas kejadian yang menimpanya tersebut, Farhan justru berterimakasih kepada pihak kampus atas hukuman yang diberikan kepada para pelaku. Selain itu, 10 orang lainnya yang juga diduga melakukan perundungan dijatuhi hukuman yang lebih ringan. Salah satunya PDP yang diskorsing selama enam bulan dan Sembilan lainnya yang turut terekam dalam video hanya diberikan hukuman untuk memberikan keterangan tertulis. «Saya sudah memaafkan mereka,» tuturnya.

«Kenyamanan itu ya perlindungan untuk saya supaya saya jangan diganggu lagi,» ucapnya.

Hikmah 4 : Dalam hidup ini kita tidak boleh  membuly teman kita. Kita harus selalu menghormati dan menyayangi satu sama lain. Serta menjalin hubungan yang baik dengan sesama.

ARTIKEL 5 (Akhir Cerita Luthfi)

JAKARTA, KOMPAS.com - Polri akhirnya menentukan nasib Lutfi Alfiandi terkait dugaan penyiksaan oleh oknum polisi yang diungkapkannya saat sidang di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Senin . Dalam keterangannya, Lutfi mengaku disetrum agar mengaku bahwa ia melempar batu ke arah petugas saat aksi demo pelajar STM, September 2019. Hasilnya, Polri mengaku tidak menemukan bukti terkait dugaan penyiksaan oknum polisi terhadap Lutfi. Hasil tersebut disimpulkan setelah tim gabungan memeriksa lima penyidik Polres Metro Jakarta Barat yang memeriksa Lutfi.

Selain itu, tim juga sudah memeriksa Lutfi pada Selasa . Penyidik bekerja sesuai SOP Temuan kedua, penyidik yang memeriksa Lutfi telah bekerja sesuai prosedur yang berlaku. Asep mengklaim, penyidik telah memiliki bukti yang cukup untuk menjerat Lutfi. Salah satu bukti yang dinilai memberatkan adalah rekaman kamera CCTV ketika Lutfi berada di lokasi demonstrasi.

Sebelumnya, Kapolri pernah mengatakan, pengakuan tersebut dapat menjadi bumerang bagi Lutfi apabila tidak terbukti. Polri mengaku tidak akan memidanakan Lutfi meskipun dugaan tersebut tidak terbukti. Salah satu pertimbangannya adalah kondisi Lutfi yang kini sudah menghirup udara bebas. Majelis hakim sebelumnya memvonis pidana empat bulan kepada Lutfi Alfiandi atas kasus tindak pidana kejahatan terhadap penguasa umum .

Namun, Lutfi dapat langsung bebas karena hukuman vonis sudah dipotong dengan masa tahanan yang telah dijalani.

Hikmah 5 : Dalam hidup ini kita tidak boleh melakukan hal yang bisa membuat kita jatuh kepada keburukan. Kita harus selalu berhati-hati dalam melakukan tindakan dimana pun dan kapan pun. Dan bertanggung jawab dalam masalah yang kita hadapi. 

Komentar